Balas Serangan AS, Iran Balas Luncurkan Rudal Balistik ke Israel
- calendar_month Sen, 23 Jun 2025
- visibility 119
- comment 0 komentar

TEL AVIV (tri3news.com)- Amerika Serikat menyerang tiga lokasi di Iran, Minggu (22/6/2025) dini hari, yang menandai AS melibatkan diri dalam upaya Israel untuk menghentikan program nuklir Iran.
Serangan ini disebut menjadi langkah berisiko untuk melemahkan musuh lama di tengah ancaman pembalasan Teheran yang dapat memicu konflik regional yang lebih luas.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa militer AS telah melakukan ”serangan yang sangat berhasil” terhadap tiga situs nuklir Iran, termasuk fasilitas pengayaan uranium bawah tanah di Fordo. ”Kami telah menyelesaikan serangan kami yang sangat berhasil terhadap tiga situs nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan,” kata Trump dalam sebuah posting di platform Truth Social miliknya yang dikutip tri3news.com, Senin (23/6/2025).
Sebagai reaksi atas serangan AS, Iran mengatakan telah menembakkan salah satu rudal balistik terbesarnya yang menyasar Israel setelah serangan AS. Saluran televisi Pemerintah Iran menayangkan apa yang tampak seperti rekaman uji coba rudal Khorramshahr-4 sebelumnya, dengan keterangan di layar yang mengatakan rudal itu digunakan pada hari Minggu dalam serangan beruntun ke Israel.
Khorramshahr-4 memiliki muatan terberat dari armada rudal balistik Iran, yang menurut para analis mungkin dirancang untuk menjaga senjata tersebut di bawah batas jangkauan 2.000 kilometer yang ditetapkan oleh pemimpin tertinggi negara itu. Rudal ini memiliki jangkauan 2.000 kilometer (1.240 mil) dengan hulu ledak 1.500 kilogram (3.300 pon).
Rudal tersebut dinamai berdasarkan kota Iran yang menjadi tempat pertempuran sengit selama Perang Iran-Irak pada 1980-an. Rudal tersebut juga disebut Kheibar, berdasarkan benteng Yahudi yang ditaklukkan oleh kaum Muslim pada abad ke-7, di tempat yang sekarang menjadi Arab Saudi.
Dengan bergabungnya AS dalam serangan ke Iran membuat konflik makin memanas dan memicu ketegangan di kawasan Timur Tengah. Kini, negara-negara di kawasan tersebut khawatir konflik meluas. (R1)
Saat ini belum ada komentar