Breaking News
light_mode
Beranda » Nasional » Jubir Kemenperin : Hambatan Dagang Indonesia sangat Kecil dibanding Negara Maju

Jubir Kemenperin : Hambatan Dagang Indonesia sangat Kecil dibanding Negara Maju

  • calendar_month Kam, 8 Mei 2025
  • visibility 76
  • comment 0 komentar

JAKARTA (tri3news.com) - Indone­sia ter­catat memi­li­ki jum­lah Non-Tar­iff Bar­ri­er (NTB) dan Non-Tar­iff Mea­sure (NTM) yang pal­ing sedik­it diband­ingkan den­gan negara-negara lain di dunia. Hal ini dini­lai men­ja­di salah satu fak­tor peng­ham­bat dalam upaya pen­ingkatan daya saing indus­tri di dalam negeri.

NTB dan NTM meru­pakan instru­men pent­ing yang digu­nakan oleh banyak negara maju untuk melin­dun­gi indus­tri nasion­al mere­ka dari ser­buan pro­duk impor. Sayangnya, Indone­sia jus­tru masih min­im dalam men­er­ap­kan kebi­jakan terse­but.

“Data menun­jukkan bah­wa Indone­sia hanya memi­li­ki sek­i­tar 370 NTB dan NTM yang berlaku saat ini. Band­ingkan den­gan Tiongkok yang memi­li­ki lebih dari 2.800 kebi­jakan terse­but, kemu­di­an India ada 2.500 lebih, Uni Eropa sek­i­tar 2.300, bahkan Malaysia dan Thai­land mas­ing-mas­ing memi­li­ki lebih dari 1.000 NTB dan NTM,” kata Juru Bicara Kementer­ian Perindus­tri­an, Febri Hen­dri Antoni Arief di Jakar­ta, Kamis (8/5/2025) dilan­sir dari laman Kemenperin.go.id.

Menu­rut Jubir Kemen­perin, ketim­pan­gan jum­lah instru­men pro­tek­si terse­but menye­babkan indus­tri nasion­al ser­ing kalah ber­saing di pasar domestik maupun glob­al.

“Ini adalah salah satu alasan men­ga­pa pro­duk-pro­duk asing begi­tu mudah masuk ke pasar kita, semen­tara negara lain memi­li­ki banyak ham­bat­an dagang teruta­ma negara maju. Hal ini san­gat terasa keti­ka man­u­fak­tur kita melakukan ekspor mema­su­ki pasar domestik mere­ka. Negara terse­but yang men­syaratkan berba­gai NTB dan NTM seper­ti stan­dar, hasil pen­gu­jian, rekomen­dasi dan lain seba­gainya yang harus dipenuhi pro­duk man­u­fak­tur Indone­sia agar bisa dijual di pasar domestik mere­ka,” ungkap­nya.

Oleh kare­na itu, Kemen­perin terus men­dorong pen­guatan instru­men per­lin­dun­gan indus­tri melalui reg­u­lasi yang tepat, tan­pa melang­gar atu­ran Organ­isasi Perda­gan­gan Dunia (WTO).

“Kita harus dap­at meman­faatkan NTB dan NTM secara opti­mal agar indus­tri dalam negeri mam­pu tum­buh dan ber­saing secara sehat,” jelas Febri.

Kemen­perin juga ten­gah mengka­ji sek­tor-sek­tor strate­gis yang mem­bu­tuhkan per­lin­dun­gan lebih kuat melalui pen­er­a­pan NTB dan NTM, seper­ti indus­tri tek­stil, kimia, baja, elek­tron­ik, dan oto­mo­tif. “Tujuan­nya agar kita tidak hanya men­ja­di pasar bagi pro­duk luar, tetapi juga mem­perku­at dan mem­perdalam struk­tur indus­tri nasion­al,” imbuh­nya.

Febri pun berharap, dukun­gan lin­tas kementer­ian dan lem­ba­ga terkait ser­ta dari pelaku indus­tri, untuk bersama-sama mem­per­juangkan kepentin­gan nasion­al dalam upaya meng­hadapi tan­ta­n­gan glob­al yang semakin kom­pleks saat ini.

“Den­gan seman­gat kolab­o­rasi dan sin­er­gi yang kuat di antara stake­hold­ers, dan didukung den­gan koor­di­nasi yang tepat, kami opti­mistis kin­er­ja indus­tri bisa bangk­it,” tegas­nya.

Febri menam­bahkan, di ten­gah kon­disi pasar ker­ja yang sedang meng­hadapi masalah, pemer­in­tah akan lebih fokus mem­per­hatikan per­lin­dun­gan ter­hadap indus­tri dalam negeri, teruta­ma dari gem­pu­ran impor murah. “Kare­na melin­dun­gi indus­tri dalam negeri, berar­ti melin­dun­gi juga tena­ga ker­ja kita,” jelas­nya.

Transparan­si Lem­ba­ga Pemer­ingkat

Terkait adanya lapo­ran survei dari Tho­los Foun­da­tion, yang men­em­patkan Indone­sia di per­ingkat ke-122 dalam Indeks Ham­bat­an Perda­gan­gan Inter­na­sion­al atau Inter­na­tion­al Trade Bar­ri­ers Index 2025, Jubir Kemen­perin mene­gaskan, bah­wa lem­ba­ga pemer­ingkat terse­but belum transparan men­ge­nai data dan metodolo­gi peneli­tian­nya.

“Ini mirip sekali lem­ba­ga survei abal-abal, yang pub­lish hasil surveinya men­je­lang pemilu, pil­pres, atau pilka­da. Seharus­nya, lem­ba­ga terse­but mem-pub­lish data, sum­ber data, dan metodolo­gi yang digu­nakan untuk pemer­ingkatan­nya. Kalau berdasarkan WTO, NTB dan NTB Indone­sia lebih kecil diband­ing den­gan negara lain, teruta­ma negara maju dan negara tetang­ga di ASEAN,” ujarnya.

Febri men­gakui, ada beber­a­pa pihak yang ingin Indone­sia tidak akan bisa men­ja­di negara maju, teruta­ma dalam mem­ban­gun perekono­mi­an­nya. Pada­hal, Indone­sia memi­li­ki modal dan poten­si yang san­gat besar, seper­ti keterse­di­aan sum­ber daya alam, pelu­ang di pasar domestik, dan adanya bonus demografi.

“Modal ini yang per­lu kita opti­malkan, ter­ma­suk dalam upaya kita mengem­bangkan indus­tri nasion­al seba­gai salah satu sek­tor penopang uta­ma untuk mewu­jud­kan visi Indone­sia Emas 2045,” tuturnya.

Hal sena­da juga sem­pat dis­am­paikan oleh Pres­i­den Prabowo Subianto pada acara halal biha­lal bersama pur­nawirawan TNI-Pol­ri di Jakar­ta, Selasa (6/5). Pres­i­den meny­atakan bah­wa kekayaan alam yang dim­i­li­ki Indone­sia men­jadikan negara ini ker­ap men­ja­di sasaran gang­guan dari pihak asing.

Menu­rut Kepala Negara, poten­si besar itu antara lain nikel, bauk­sit, dan kela­pa saw­it yang meru­pakan sum­ber keku­atan sekali­gus tan­ta­n­gan bagi bangsa Indone­sia. Kela­pa saw­it mis­al­nya, kini men­ja­di komod­i­tas strate­gis yang banyak dim­i­nati berba­gai negara, seper­ti Mesir, Pak­istan, India, dan Eropa.

Pres­i­den juga menekankan bah­wa Indone­sia harus mam­pu berdiri di atas kaki sendiri dan tidak tun­duk pada kepentin­gan asing. “Terkait hal ini, saya san­gat setu­ju yang dis­am­paikan oleh Bapak Pres­i­den, bah­wa kita harus juga men­ja­di tuan rumah di negeri sendiri. Ini juga ter­ma­suk dalam kon­teks mem­ban­gun indus­tri yang mandiri dan ber­daya saing,” tegas Febri.

Buk­ti nya­ta komit­men dan keber­pi­hakan pemer­in­tah saat ini kepa­da indus­tri dalam negeri, salah sat­un­ya melalui pener­bi­tan Per­at­u­ran Pres­i­den (Per­pres) Nomor 46 Tahun 2025 ten­tang Peruba­han Ked­ua atas Per­pres No. 16 Tahun 2018 ten­tang Pen­gadaan Barang dan Jasa Pemer­in­tah.

“Kami dan para pelaku indus­tri dalam negeri san­gat men­gapre­si­asi Bapak Pres­i­den Prabowo Subianto yang telah menan­datan­gani Per­pres No. 46 Tahun 2025 dan mener­bitkan­nya. Reg­u­lasi ini men­ja­di angin segar bagi indus­tri di ten­gah tekanan demand domestik saat ini, teruta­ma bagi indus­tri yang meng­hasilkan pro­duk yang dibeli oleh pemer­in­tah dan BUMN/BUMD,” ujar Febri. (R2)

Penulis

"orang kecil belajar teknologi"

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

expand_less