Breaking News
light_mode
Beranda » Blog » Sepak Bola Nasional Tak perlu bersedih, ini pelajaran berharga untuk Piala Dunia U‑17

Sepak Bola Nasional Tak perlu bersedih, ini pelajaran berharga untuk Piala Dunia U‑17

  • calendar_month Kam, 17 Apr 2025
  • visibility 50
  • comment 0 komentar

Jakar­ta

Seper­ti mata uang yang selalu pun­ya dua sisi berbe­da, mener­i­ma kekala­han pun demikian.
Ada keke­ce­waan dan rasa sak­it seti­ap kali men­da­p­atkan kekala­han, namun di dalam­nya ada pula “emas” yang tersem­bun­yi, beru­pa pen­gala­man dan pela­jaran berhar­ga yang dap­at mem­ben­tuk tim men­ja­di lebih kuat.

Choe Song-hun (8′), Kim Yu-jin (19′), Ri Kyong-bong (48′), Kim Tae-guk (P 60′), Ri Kang-rim (61′), dan Pak Ju-won (77′) bergant­ian mem­bu­at gawang tim­nas U‑17 Indone­sia terkoy­ak men­ja­di lum­bung gol pada babak perem­pat final Piala Asia U‑17 2025 di Sta­dion Kota Olahra­ga Raja Abdul­lah, Senin (14/4).

Gol-gol itu menghukum dan meny­ingkirkan Indone­sia, yang bermain gugup dan buruk sejak sep­ak mula, den­gan kekala­han 0–6. Kekala­han ini mem­bu­ka sebuah lubang besar, bah­wa keku­atan Indone­sia sejatinya masih jauh dari kata bagus untuk ber­saing di lev­el dunia mes­ki sebelum­nya memi­li­ki sta­tis­tik lima keme­nan­gan dan satu kali seri sejak babak kual­i­fikasi.

Dari babak kual­i­fikasi, Indone­sia cuma kema­sukan satu gol. Itupun melalui sep­a­kan penalti pemain Yaman keti­ka kedudukan sedang dalam keung­gu­lan 2–0. Situ­asi mere­ka tert­ing­gal lebih dulu baru ter­ja­di keti­ka melawan Korea Utara, tim ter­suk­ses ked­ua di Piala Asia U‑17 den­gan dua piala.

Situ­asi ini nyatanya mem­bu­at Garu­da Muda bin­gung bagaimana caranya bangk­it dari situ­asi tert­ing­gal lebih dulu. Gol Choe Song-hun mem­bu­at mere­ka panik, sehing­ga menye­babkan tak bermain ten­ang. Koor­di­nasi per­mainan pun men­ja­di beran­takan. Chem­istry roman­tis antara Muham­mad Al Gazani, Putu Pan­ji, dan Math­ew Bak­er di barisan per­ta­hanan juga tak padu pada per­tandin­gan ini.

Saat Korea Utara men­gua­sai bola, Mierza Fir­jat­ul­lah men­ja­di satu-sat­un­ya pemain Indone­sia yang men­er­ap­kan press­ing di area depan untuk meng­gang­gu dis­tribusi bola dari bek-bek mere­ka. Sem­bi­lan pemain out­field lain­nya memil­ih menung­gu di area per­mainan sendiri.

Tak­tik ini dirasa san­gat tidak efek­tif kare­na tekanan yang diberikan kepa­da bek-bek Korea Utara yang mem­bawa bola, tidak­lah cukup. Tekanan dari Mierza bagai angin lalu saja kare­na san­gat mudah dile­wati. Berbe­da den­gan Korea Utara, mere­ka ter­li­hat berani menekan. Dua sam­pai tiga pemain mere­ka gunakan, bahkan saat bola untuk Indone­sia masih bera­da di kiper Dafa Al Gase­mi.

Di per­tandin­gan ini, pelatih Nova Arianto juga tak men­e­mukan for­mu­la yang tepat untuk menghen­tikan sirku­lasi bola nya­man yang dikua­sai oleh lini ten­gah Korea Utara yang diisi An Jin Sok, Ri Ro Gwon, Pak Kwang Song, dan Kim tae Guk.

Men­tal anak-anak asuh Nova men­da­p­atkan puji-pujian sela­ma tiga laga peny­isi­han grup, teruta­ma keti­ka menang drama­tis melawan Korea Sela­tan dan Afgan­istan. Pub­lik menyan­jung men­tal Garu­da Muda di dua per­tandin­gan itu seper­ti baja.

Namun, keti­ka dihadap­kan lawan tang­guh seper­ti Korea Utara, men­tal yang dielu-elukan itu tak men­jawab ekspek­tasi. Pada­hal, sebuah tim hebat adalah tim yang tak hanya piawai menang, tetapi juga selalu tahu bagaimana caranya bangk­it dari keter­pu­rukan.

Menam­bah pemain berkual­i­tas
Piala Dunia U‑17 2025 akan dim­u­lai sek­i­tar tujuh bulan lagi di Qatar. Dari tujuh bulan itu, Indone­sia U‑17 wajib meman­faatkan wak­tu sebaik-baiknya untuk mem­per­bai­ki kual­i­tas mere­ka sebelum perge­laran kejuaraan dunia yang dihe­lat 3–27 Novem­ber terse­but berlang­sung.

Sete­lah kekala­han seten­gah lusin dari Korea Utara, Nova Arianto mengam­bil langkah awal dalam per­si­a­pan tujuh bulan menu­ju Piala Dunia U‑17 den­gan melakukan eval­u­asi dari empat per­tandin­gan yang mere­ka jalani di Piala Asia U‑17. Beber­a­pa aspek yang men­ja­di sorotan adalah pengam­bi­lan kepu­tu­san di lapan­gan, aspek fisik, ser­ta skill indi­vidu pemain.

Eval­u­asi itu segera ia berikan kepa­da PSSI, seba­gai dasar untuk menyusun roadmap per­si­a­pan Garu­da Muda menu­ju Piala Dunia U‑17.

“Bagaimana kami lebih mem­per­si­ap­kan pemain bukan hanya secara men­tal, tetapi secara skill indi­vidu mere­ka itu juga harus kami tingkatkan. Dan hara­pan­nya pemain bisa lebih siap dan pemain harus bisa lebih bek­er­ja keras,” tutur Nova.

Dari segi pemain, Nova bisa meli­hat lagi apakah pemain-pemain­nya di Piala Asia U‑17 masih ter­ja­ga kual­i­tas­nya di Novem­ber nan­ti atau tidak. Yang pasti, kekala­han dari Korea Utara telah mem­bu­ka celah kelema­han yang harus segera dibenahi.

Mere­ka harus menggem­bleng dirinya mas­ing-mas­ing di klub dari segi skill, fisik, dan men­tal. Semen­tara fed­erasi juga bisa menyi­ap­kan pemusa­tan lati­han ser­ta laga uji coba inter­na­sion­al den­gan tim kuat atau min­i­mal selev­el. Tujuan­nya adalah untuk mengek­spos kelema­han tim Garu­da Muda. Hara­pan­nya, kelema­han yang tam­pak pada laga uji coba segera diper­bai­ki sebelum kom­petisi res­mi dim­u­lai.

Nova juga bisa menam­bah pemain baru ke dalam skuad­nya untuk bisa benar-benar ber­saing dan tak hanya sekedar mera­maikan perge­laran Piala Dunia U‑17. Pemain baru ini bisa ia dap­atkan dari kom­petisi Elite Pro Acad­e­my (EPA) atau mem­bu­ka selek­si ter­bu­ka, yang dulu per­nah ia lakukan saat men­cari bakat-bakat muda ter­baik untuk usia 16 tahun pada awal 2024.

Selain dari dua cara itu, men­cari pemain dias­po­ra den­gan kual­i­tas mumpuni juga bisa men­ja­di opsi. Den­gan kual­i­tas tim di Piala Dunia U‑17 yang semakin beragam dan ten­tun­ya lebih tang­guh, pent­ing bagi Nova untuk memi­li­ki kual­i­tas dan kedala­man skuad yang bagus.

For­mat baru, ada pelu­ang untuk Indone­sia
Mulanya, for­mat Piala Dunia U‑17 2025 yang nan­ti­nya dis­e­leng­garakan lima tahun berun­tun di Qatar dimainkan den­gan for­mat mini-tur­na­men yang diisi 48 peser­ta.

Sebanyak 48 peser­ta itu diba­gi ke empat mini-tur­na­men, mas­ing-mas­ing 12 tim, den­gan seti­ap mini-tur­na­men diba­gi ke dalam tiga grup yang berisi empat peser­ta.

Singkat­nya, seti­ap peme­nang tur­na­men mini dan finalis ter­baik lolos ke babak final. Babak ini menen­tukan peme­nang sejati tur­na­men. For­mat ini akan menya­jikan 78 per­tandin­gan di Piala Dunia U‑17 2025.
Namun, FIFA melakukan peruba­han for­mat pada Maret 2025. Mere­ka men­gubah for­mat ini agar menyeru­pai for­mat Piala Dunia tingkat senior tahun 2026. Bukan memakai mini-tur­na­men, nan­ti­nya 48 tim akan diba­gi ke dalam 12 grup yang mas­ing-mas­ing diisi empat tim.

Babak gugur tak dim­u­lai pada babak 16 besar seper­ti edisi-edisi sebelum­nya saat masih memakai 24 tim. Babak gugur Piala Dunia U‑17 2025 akan dim­u­lai pada babak 32 besar, 16 besar, perem­pat final, semi­fi­nal, perebu­tan tem­pat keti­ga, dan final. Total per­tandin­gan yang akan dige­lar sebanyak 104 per­tandin­gan.

Seti­ap juara dan run­ner-up grup akan lolos ke babak gugur. Sisanya, dela­pan per­ingkat ter­baik babak grup berhak men­da­p­atkan tiket ke babak hidup dan mati. Jum­lah per­ingkat tiga ter­baik yang lolos ini lebih banyak dua kali lipat dari edisi sebelum­nya.

Di edisi 2023 yang dihe­lat di Indone­sia, sang tuan rumah gagal lolos ke fase berikut­nya kare­na menghu­ni per­ingkat ter­akhir rank­ing per­ingkat keti­ga ter­baik. Saat itu, Indone­sia yang dia­suh Bima Sak­ti men­golek­si dua poin, hasil imbang 1–1 kon­tra Ekuador dan Pana­ma.

Indone­sia bersama tiga negara lain­nya, Afri­ka Sela­tan, Ceko, dan Swiss, men­ja­di negara yang akan memainkan par­tisi­pasi ked­u­anya di Piala Dunia U‑17. Keem­pat negara ini men­golek­si jum­lah tampil tepat di atas lima negara debu­tan seper­ti Repub­lik Irlan­dia, Fiji, El Savador, Ugan­da, dan Zam­bia.

Ameri­ka Serikat dan Brasil men­ja­di negara pal­ing ser­ing mengiku­ti tur­na­men ini yaitu sebanyak 19 kali. Artinya, ked­ua negara ini hanya absen sekali di Piala Dunia U‑17 yang tahun ini mengge­lar edisi ke-20. Semen­tara itu, juara berta­han Jer­man akan memainkan par­tisi­pasi ke-12-nya di Piala Dunia U‑17 sejak debut pada 1985.

Ada­pun, for­mat baru ini jelas men­gun­tungkan Indone­sia untuk men­curi kesem­patan lolos. Satu keme­nan­gan saja di babak peny­isi­han akan san­gat pent­ing mem­bawa Garu­da Muda berpelu­ang lolos melalui jalur per­ingkat tiga ter­baik.
Yang ter­pent­ing adalah memak­si­malkan per­si­a­pan sela­ma kurang lebih tujuh bulan men­datang. Den­gan for­mat yang mem­bu­ka lebih banyak slot ke fase gugur, pelu­ang Indone­sia untuk menc­etak sejarah baru ter­bu­ka lebih lebar.

Garu­da Muda tak per­lu ter­be­bani tar­get ting­gi. Mere­ka cukup mengin­gat bah­wa sela­ma di Piala Asia U‑17 2025, mere­ka per­nah tampil san­gat men­jan­jikan, den­gan per­ta­hanan lapis baja dan seran­gan cepat yang begi­tu efek­tif.
Anggap saja kekala­han 0–6 dari Korea Utara di babak perem­pat final Piala Asia U‑17 seba­gai pela­jaran berhar­ga, yang sama sekali tak per­lu dibawa ke hati dan merusak mimpi. Ambil pen­gala­man di Piala Asia U‑17 sebanyak-banyaknya seba­gai bekal menat­ap Piala Dunia U‑17 lebih kuat dan lebih matang.

Masyarakat Indone­sia tak per­lu meng­haki­mi dan men­caci maki anak-anak muda itu sete­lah kekala­han kemarin. Inkon­sis­ten­si di lev­el muda di bawah 20 tahun adalah hal wajar.
Bagaimana­pun juga, mere­ka adalah anak-anak 16–17 tahun yang sudah mem­bu­at Indone­sia bang­ga.

diku­tip dari: https://www.antaranews.com/

  • Penulis: goerq82

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

expand_less