Perebutan Kuil Bersejarah, Picu Pertempuran Thailand vs Kamboja
- calendar_month Sab, 26 Jul 2025
- visibility 62
- comment 0 komentar

JAKARTA (tri3news.com) – Pertempuran bersenjata kembali meletus di perbatasan Thailand dan Kamboja pada Kamis (24/7/2025), menewaskan sedikitnya 12 orang.
Ketegangan terbaru ini merupakan eskalasi dari konflik perbatasan yang telah berlangsung selama lebih dari satu abad, berakar pada sengketa atas Kuil Preah Vihear, situs bersejarah yang diklaim kedua negara.
Thailand telah menutup perbatasan, sementara Kamboja memutuskan hubungan diplomatik sembari menuduh Thailand menggunakan kekuatan berlebihan.
Konflik ini berawal dari penetapan batas wilayah saat penjajahan Prancis di Kamboja pada awal abad ke-20.
Ketegangan memuncak kembali pada 2008 ketika Kamboja berusaha mendaftarkan Kuil Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, yang langsung ditentang Thailand.
Sejak itu, bentrokan sporadis kerap terjadi, menewaskan tentara dan warga sipil.
Insiden terbaru dipicu oleh tewasnya seorang tentara Kamboja pada Mei lalu, yang memicu gelombang pembalasan dan ketegangan bilateral yang makin dalam.
Dalam dua bulan terakhir, kedua negara memperketat pengawasan di perbatasan, menghentikan impor listrik, layanan internet, serta ekspor hasil pertanian.
Kehadiran militer juga ditingkatkan secara signifikan di sepanjang garis sengketa.
Sejarah Ketegangan Thailand-Kamboja
Ini bukan pertama kalinya ketegangan memuncak antara Thailand dan Kamboja. Konflik biasanya dipicu oleh sengketa perbatasan atau persoalan politik, seperti:
1958 dan 1961: Kamboja memutuskan hubungan diplomatik dengan Thailand terkait sengketa Kuil Preah Vihear.
2003: Kerusuhan dan serangan terhadap Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh memicu Thailand menggelar Operasi Pochentong untuk mengevakuasi warga dan diplomatnya. Sebagai balasan, Thailand mengusir diplomat Kamboja.
2008 dan 2011: Bentrokan militer terjadi di sekitar Kuil Preah Vihear.
2009: Thailand menurunkan status hubungan diplomatik setelah Kamboja memberi dukungan kepada mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang saat itu sedang dalam pengasingan.
Sejarah mencatat bahwa konflik ini telah memicu pemutusan hubungan diplomatik sejak 1958, kerusuhan besar pada 2003, dan bentrokan militer pada 2008 dan 2011—semuanya terkait sengketa perbatasan dan sentimen nasionalisme yang terus membara.
Perdana Menteri sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, menyerukan penyelesaian damai berdasarkan hukum internasional.
Namun, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menegaskan bahwa negaranya harus “menanggapi agresi bersenjata dengan kekuatan bersenjata”.
Para pengamat menyebut ketegangan ini bisa terus berlarut karena kurangnya pemimpin kuat yang mampu meredakan konflik.
Hun Manet masih berupaya membangun pengaruh, sementara pemerintahan koalisi di Thailand pun dinilai belum stabil. (BBC)


Saat ini belum ada komentar