Terkait Siswa SMPN 1 Laguboti Keracunan, Dinkes Sumut: Baru 25 Persen SPPG Bersertifikat
- calendar_month Jum, 17 Okt 2025
- visibility 29
- comment 0 komentar

Foto HM Faisal Hasrimy (Foto/Dok/Ist)
MEDAN (tri3news.com) – Kasus keracunan massal yang menimpa puluhan siswa SMP Negeri 1 Laguboti, Kabupaten Toba, menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut). Hasil temuan sementara menunjukkan, sebagian besar petugas penyedia pangan siap saji sekolah (SPPG) di daerah tersebut belum memiliki sertifikat penjamah makanan yang layak.
Kepala Dinkes Sumut, HM Faisal Hasrimy mengatakan dari sekitar 400 SPPG yang telah beroperasi, masing-masing memiliki rata-rata 47 petugas. Dari jumlah itu, separuhnya diwajibkan mengikuti pelatihan penjamah makanan. Namun hingga saat ini baru 1.250 petugas yang sudah mengikuti pelatihan tersebut.
“Artinya baru 25 persen petugas SPPG yang sudah mengikuti pelatihan. Sisanya masih dalam proses. Saat ini kami sedang mempercepat pelatihan dan penerbitan Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi (SLHS),” ujarnya kepada wartawan, Kamis (16/10/2025).
Faisal menegaskan, Dinkes Sumut telah melakukan langkah cepat untuk mencegah kejadian serupa di sekolah lain. “Ini menjadi evaluasi bersama. Tim Dinkes sudah turun langsung ke sekolah memberikan penyuluhan dan melakukan pemantauan kesehatan terhadap para siswa,” tambahnya.
Berdasarkan data Dinkes Sumut hingga Rabu (15/10/2025) pukul 22.00 WIB, tercatat 85 siswa mengalami gejala keracunan. Rinciannya, RSUD Porsea: 32 siswa (7 rawat inap, 6 observasi, 19 sudah pulang). RS HKBP Balige: 23 siswa (6 rawat inap, 14 observasi, 3 sudah pulang). Puskesmas Laguboti: 27 siswa (6 observasi, 21 sudah pulang). Dirawat di rumah: 3 siswa.
Menurut Faisal, sebagian besar siswa kini telah pulih. “Kondisi umum para siswa sudah membaik, sebagian besar telah dipulangkan setelah dokter melakukan visite,” katanya.
Meski demikian, penyebab pasti keracunan masih dalam tahap pemeriksaan laboratorium. Dugaan sementara, kejadian disebabkan oleh makanan yang tidak memenuhi standar kebersihan atau wadah penyajian yang tidak higienis.
“Dari hasil awal, ada kemungkinan proses pengolahan dan penyimpanan makanan tidak sesuai standar. Ini akan kami dalami lebih lanjut,” jelas Faisal.
Ia menegaskan, insiden ini menjadi peringatan keras bagi seluruh penyedia makanan di sekolah agar segera mengurus sertifikat penjamah makanan dan SLHS.
“Kita tidak boleh anggap remeh. Setiap makanan yang dikonsumsi siswa harus dipastikan aman dan sehat. Petugas SPPG wajib memiliki sertifikasi resmi,” tegasnya. (R1)


Saat ini belum ada komentar